PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) atau sindrom ovarium polikistik disebabkan karena ketidakseimbangan hormon pada wanita yang menyerang 6 hingga 12 persen wanita usia subur. Gangguan ini berhubungan dengan masalah menstruasi dan ketidaksuburan atau infertilitas.
Sebanyak 72 persen penderita PCOS mengalami infertilitas, dan memiliki resiko mengalami diabetes tipe 2, gangguan mood, kanker endometrium, perlemakan hati, sleep apnea, gula darah tinggi, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, sindrom metabolik dan penyakit jantung.
Meski ditetapkan sebagai bentuk utama gangguan endokrin pada wanita usia reproduksi, banyak dari mereka yang tidak mengetahui telah terkena gejala PCOS dan penyebab gejala yang mendasarinya. Gaya hidup dikatakan berperan dalam perkembangan penyakit tersebut, terutama resistensi insulin yang memiliki pengaruh 50 hingga 70 persen.
Hingga kini, penyebab PCOS masih belum pasti, namun diduga berkaitan dengan resistensi insulin dan ketidakseimbangan hormon. Berikut ini beberapa penyebab dan faktor risiko sindrom ovarium polikistik:
• Ketidakseimbangan hormon
• Resistensi insulin
• Faktor bawaan (genetik)
• Merokok
• Konsumsi alkohol berlebihan
• Gaya hidup kurang aktif / kurang gerak
• Epilepsi dan/atau penggunaan asam valproik untuk mengobati epilepsi
• Diabetes tipe 1, tipe 2 dan gestasional (tidak jelas apakah diabetes mengarah ke PCOS atau jika ini terjadi dalam urutan terbalik, tetapi keduanya mungkin benar),
• Berat badan lahir tinggi (terutama ketika dilahirkan oleh ibu yang mengalami obesitas)
• Pubertas dini
• Kelainan kulit (Acanthosis nigricans)
• Sindrom metabolik
• Kelebihan berat badan atau obesitas
Ada beberapa tanda PCOS, diantaranya adalah:
• Kista ovarium
• Hormon pria (androgen dan testosteron) berlebih, sehingga menyebabkan jerawat, pertumbuhan rambut tidak normal, serta maskulinitas
• Periode haid tidak teratur
• Penambahan atau penurunan berat badan
• Infertilitas parsial atau total (terkait dengan dan dipengaruhi oleh banyak gejala lain, seperti resistensi insulin, gangguan siklus menstruasi, masalah berat badan, kadar hormon pria yang tinggi, dan dorongan seksual yang rendah)
• Kelelahan
• Perubahan mood
• Dorongan seks rendah (libido)
Anda mungkin dapat mengatasi gejala-gejala tersebut dengan mengubah gaya hidup atau mengonsumsi suplemen, tapi terdapat hal lain yang harus diperhatikan seperti waktu makan dan aktif bergerak. Anda diharuskan fokus pada semua aspek kesehatan, terutama mengonsumsi gizi seimbang, menjaga berat badan ideal, mengurangi stres fisik maupun psikologis sebisa mungkin.
Berikut ini beberapa solusi alami yang direkomendasikan untuk mengatasi gejala PCOS:
1. Diet dan perubahan pola makan
Menu diet tidak dapat disama ratakan pada setiap orang. Untuk mereka yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, rekomendasi dietnya berupa diet rendah lemak dan / atau indeks glikemik rendah, yang jelas tidak memiliki pengaruh pada wanita dengan mengalami sindrom ovarium polikistik.
Metode diet yang disarankan untuk wanita dengan PCOS adalah diet keto (ketogenik) dan diet anti-inflamasi. Perlu bagi mereka untuk menyeimbangkan asupan karbohidrat dan protein, meningkatkan asupan zat besi, magnesium, serta serat.
Hindari meminum kopi berlebih dan pertimbangkan bila ingin mengonsumsi produk kedelai, karena beberapa orang tidak dapat mengonsumsi produk kedelai seperti wanita yang memiliki masalah hormon esterogen (termasuk kanker payudara).
2. Istirahat yang cukup
Tidur sangat penting untuk regenerasi sel, produksi hormon, pengendalian stres dan bahkan manajemen berat badan. Kurang tidur dapat memiliki efek negatif yang sama pada kesehatan dan hormon seperti kurangnya aktivitas dan diet yang buruk.
Wanita dengan PCOS lebih cenderung mengalami gangguan tidur yang kemungkinan disebabkan oleh kelebihan produksi melatonin. Rekomendasi waktu tidur terbaik adalah 7 hingga 9 jam, dan wanita dengan PCOS mungkin perlu konsisten untuk tidur lebih dari sembilan jam.
3. Rutin berolahraga
Pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik, olahraga adalah hal penting untuk membantu menurunkan berat badan, tidak masalah jenis latihan yang dipilih. Olahraga dapat meningkatkan penanda kesuburan, menurunkan resistensi insulin, serta menurunkan peradangan dan berat badan pada wanita dengan PCOS.
Namun perlu diperhatikan bahwa wanita rentan terhadap perubahan hormon ketika olahraga, sehingga disarankan untuk tidak berolahraga melampaui batas atau berlebihan. Misalnya, triad atlet wanita, suatu kondisi yang dapat berkontribusi pada PCOS. Masalah tersebut disebabkan oleh terlalu banyak olahraga ditambah dengan diet ketat dan terlalu sedikit kalori. Menurut beberapa penelitian, atlet wanita juga lebih rentan mengalami periode haid tidak teratur.
4. Mengonsumsi suplemen
Mengonsumsi suplemen dipercaya dapat membantu mengatur hormon, resistansi insulin, dan peradangan yang terkait dengan sindrom ovarium polikistik. Akan tetapi penggunaan suplemen harus dibawah pengawasan dokter untuk mengetahui suplemen dan dosis yang sesuai.
Beberapa suplemen yang umum digunakan untuk sindrom ovarium polikistik (PCOS) yaitu:
• Chromium
• Magnesium
• Zinc
• Kalsium
• Omega-3
• N-acetylcysteine (NAC)
5. Akupuntur
Mungkin terdengar aneh, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa akupuntur dapat dijadikan pengobatan alternatif untuk kondisi PCOS.
Sebuah tinjauan pada tahun 2011 dari empat uji klinis akupunktur manusia untuk PCOS menemukan bahwa terapi akupunktur dapat meningkatkan aliran darah ke ovarium, mengurangi volume ovarium dan jumlah kista ovarium.
Selain itu, akupuntur juga dapat mengendalikan hiperglikemia melalui peningkatan sensitivitas insulin, menurunkan kadar glukosa darah, mengurangi kadar kortisol, serta membantu menurunkan berat badan dan anoreksia (1).
Levy, Jillian. (2018). Polycystic ovarian syndrome (pcos): No. 1 cause of infertility?. Dr Axe. Diakses pada 26 Juli 2019.
Kathryn, Watson. (2019). 30 Natural ways to help treat polycystic ovary syndrome (PCOS). Healthline. Diakses pada 26 Juli 2019.
Lim CE, Wong WS. Current evidence of acupuncture on polycystic ovarian syndrome. Gynecol Endocrinol. (2010).
Tags: Diabetes, Epilepsi, Gangguan tidur, Infertilitas, Obesitas, PCOS