Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Senyawa ini umum ditemukan dalam kopi dan teh. Kafein dianggap sebagai nootropik karena konsumsi dalam jumlah sedang mampu membantu meningkatkan waktu reaksi, kewaspadaan, memori, dan suasana hati.
Kafein berfungsi sebagai nootropik. Nootropik adalah suplemen yang bekerja sebagai penguat otak, diantaranya termasuk meningkatkan fungsi kognisi, memori, kemampuan belajar, fokus, mengurangi stres, dan tidak memiliki efek samping yang signifikan.
Sebagai contoh, kopi mengandung kafein yang menyebabkan suasana hati lebih baik dan mampu meningkatkan fokus di waktu bersamaan. Efek yang sama bahkan lebih baik bisa didapat melalui konsumsi suplemen kafein, tanpa mengonsumsi kopi. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai nootropik, Anda dapat membaca artikel kami lainnya dengan judul “Apa itu nootropik?”
1. Meningkatkan fungsi kognitif
Kafein adalah antagonis reseptor adenosin yang berfungsi sebagai penghambat neurotransmiter di otak manusia. Ketika kadar adenosin meningkat, maka seseorang akan merasakan kantuk dan akhirnya tidur.
Sebagai antagonis adenosin, kafein bertindak dengan memblokir dua dari empat sub-tipe reseptor adenosin A1 dan A2A. Hal ini mencegah adenosin agar tidak bergabung dengan dua subtipe reseptor ini sehingga menghilangkan kantuk dan meningkatkan kewaspadaan (1, 2).
Beberapa penelitian lain juga menunjukkan konsumsi kafein murni dapat meningkatkan kewaspadaan visual, proses pembelajaran, waktu reaksi, daya ingat, dan suasana hati yang lebih positif meski pada kondisi kurang tidur dan stres (3).
2. Anti-depresan
Uji coba pada hewan menunjukkan bahwa asupan kafein mampu menurunkan risiko depresi. Pada penelitian manusia, pemberian kafein dosis rendah (60 mg) dengan anti-depresan selama empat minggu terbukti mampu meningkatkan kinerja kognitif pada pasien depresi, membantu membalikkan perkembangan depresi, sekaligus meningkatkan hasil pengobatan anti-depresan pada gangguan depresi mayor (4).
3. Meningkatkan daya ingat
Sebuah penelitian dilaksanakan dengan tujuan menguji efek pemberian kafein pada waktu yang berbeda terhadap peningkatan daya ingat. Penelitian dilaksanakan terhadap kelompok pelajar berusia 18 – 21 tahun yang mengonsumsi berbagai makanan mengandung kafein termasuk kopi, teh, soda, minuman berenergi secara rutin per minggu.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa konsumsi kafein kepada kelompok siswa pada pagi hari mampu meningkatkan memori sebesar 30% dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat kafein pada sore hari yang tidak mengalami peningkatan daya ingat secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kafein sangat baik untuk dikonsumsi di pagi hari terutama untuk meningkatkan fungsi kognitif dan memori bagi para pelajar (5).
Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan pemberian kafein di pagi dan sore hari pada lansia di atas 65 tahun yang banyak beraktivitas memiliki kinerja yang lebih baik di sore hari dalam hal daya ingat (6).
4. Sebagai neuroprotektan
Kafein bersifat neuroprotektif atau melindungi sel saraf dalam otak dengan meningkatkan protein otak yang disebut dengan BDNF (Brain-derived Neurotrophic Factor) atau faktor neurotropik yang diturunkan dari otak. BDNF sendiri berperan dalam pertumbuhan, kelangsungan hidup dan fungsi sel saraf otak.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa mengonsumsi kafein mampu mengurangi risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer (7). Konsumsi kafein juga dapat mengurangi kerusakan DNA yang terjadi akibat paparan senyawa karsinogenik (8).
Kafein dapat ditemukan di dalam:
• Kopi
• Minuman bersoda
• Cokelat
• Dosis aman konsumsi kafein bagi orang dewasa adalah 400 mg per hari.
• Untuk anak usia 12-18 tahun, asupan kafein tidak boleh lebih dari 100 mg per hari.
• Waktu paruh kafein adalah 4 – 6 jam dan Anda dapat mengalami efek kafein selama kurang lebih 4 jam.
Kafein dapat dikombinasikan dengan L-theanine untuk membantu meningkatkan kinerja dan kewaspadaan.
• Bersifat adiktif atau menyebabkan kecanduan
• Gelisah
• Perubahan suasana hati
• Sakit kepala
• Insomnia
• Mudah marah
• Kebingungan
• Halusinasi
• Kecemasan
• Kelelahan
• Sulit berkonsentrasi
• Sensitif terhadap kafein
• Gangguan kecemasan
• Gangguan bipolar
• Gangguan pendarahan
• Gangguan jantung
• Diabetes
• Glaukoma
• Diare
• Epilepsi
• Tekanan darah tinggi
• Masalah kandung kemih
• Sindrom iritasi usus besar (IBS)
• Osteoporosis
• Penyakit Parkinson
Hindari mengombinasikan kafein dengan obat-obatan atau suplemen seperti Efedrin, antibiotik Quinolone, Propranolol, Theophilin, Pil KB, dan Echinacea.
Tomen, David. (2018). Caffeine. Nootropics Expert. Diakses pada 04 September 2019.
WebMD. (2018). Caffeine. WebMD. Diakses pada 04 September 2019.
Bjorness TE, Greene RW. Adenosine and sleep. Curr Neuropharmacol. (2009).
Penetear DM, et al. Effects of caffeine on cognitive performance, mood, and alertness in sleep-deprived humans. In: Institute of Medicine (US) Committee on Military Nutrition Research, eds. Food Components to Enhance Performance: An Evaluation of Potential Performance-Enhancing Food Components for Operational Rations. Washington (DC): National Academies Press (US); 1994. Diakses pada 04 September 2019.
Karacan I, Thornby JI, Anch M, Booth GH, Williams RL, Salis PJ. Dose-related sleep disturbances induced by coffee and caffeine. Clin Pharmacol Ther. (1976).
Liu QS, Deng R, Fan Y, et al. Low dose of caffeine enhances the efficacy of antidepressants in major depressive disorder and the underlying neural substrates. Mol Nutr Food Res. (2017).
Sherman SM, Buckley TP, Baena E, Ryan L. Caffeine enhances memory performance in young adults during their non-optimal time of day. Front Psychol. (2016).
Ryan L, Hatfield C, Hofstetter M. Caffeine reduces time-of-day effects on memory performance in older adults. Psychol Sci. (2002).
Ghoneim FM, Khalaf HA, Elsamanoudy AZ, et al. Protective effect of chronic caffeine intake on gene expression of brain derived neurotrophic factor signaling and the immunoreactivity of glial fibrillary acidic protein and Ki-67 in Alzheimer’s disease. Int J Clin Exp Pathol. (2015).
Nikitina D, Chen Z, Vallis K, et al. Relationship between caffeine and levels of dna repair and oxidative stress in women with and without a BRCA1 mutation. J Nutrigenet Nutrigenomics. (2015).
Tags: Daya ingat, Depresi, Fungsi otak, Parkinson, Suplemen nootropik